Minggu, 30 September 2012

TIPE MANUSIA DALAM MENGHADAPI MASALAH By: Anthony Dio Martin


Ada 4 (empat) Tipe Manusia dalam menghadapi Tekanan Hidup “Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh” (JohnGray)
Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog
Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.

Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari.
 4(empat) tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut adalah :

1. Tipe Kayu Rapuh
Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi. Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan.
Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan.Posisikan kita sebagai pendamping mereka.

2. Tipe Lempeng Besi
Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum
akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

3. Tipe Kapas
Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas.Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

4. Tipe Bola Pingpong
Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif.Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia
Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya.
Contoh :
Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali. Bangun Network.Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah
yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah
cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.
Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky.Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angina dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap
hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia.Hal ini juga dialami Ho Chi Minh.
Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.
Ah itu kan contoh kejadian di luar negeri . . . mungkin demikian pertanyaan anda. Seorang rekan yang bekerja di sebuah perusahaan otomotif terbesar di Indonesia dikucilkan bahkan dibuang kecabang nun jauh dari kantor pusat oleh si Boss yang seorang wanita . Namun dengan motivasi kuatnya dia berhasil ” ditarik ” kembali ke kantor pusat dan malah bertugas ” meng ” guide ” departemen sang Boss untuk beberapa materi development dengan ilmu yang dimilikinya .Sekarang sang rekan malah sudah menduduki posisi puncak dengan wewenang diatas sang boss yang mengucilkannya , walaupun di perusahaan
otomotif kompetitor.
Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda?
Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong.
Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Coba simak cerita di bawah,cerita ini memberi inspirasi dan motivator yang luar biasa karena menggunakan contoh yang sederhana dan besar sekali maknanya.Emosi turut serta didalamnya.~Dikutip dari buku "Emotional Quality Management (EQM)", by Anthony Dio Martin~ 

Sebuah kisah dari Eric Mansfield yang bisa anda renungkan. Yakni kisah tentang wortel, telur dan kopi. Ceritanya, suatu hari ada seorang anak perempuan yang mengeluh pada ayahnya tentang kehidupannya yang sulit. Rasanya ia sudah mau menyerah saja sebab setiap satu masalah selesai masalah lainnya muncul. Ayahnya, yang kebetulan seorang koki, membawa anaknya itu ke dapur. Lalu, ia menyalakan tiga buah tungku masak. Tiga panci berisi penuh air diletakkan di atas masing-masing tungku. Lantas dimasukannya 3 jenis barang ke dalamnya. Panci pertama diisi wortel. Panic kedua diisi telur dan panic ketiga diisi biji-biji kopi. Berikutnya mereka duduk diam mengamati api tungku yang mulai memanaskan panci-panci itu.
            Setengah jam berikutnya api yang sangat panas itu mulai menjilati semua panci. Anak perempuannya mulai tidak sabar, apa selanjutnya hendak dilakukan ayahnya, Si ayah lalu mematikan semua tungku, menaruh wortel, telur dan biji-biji kopi di mangkok berbeda yang telah disiapkan sebelumnya. Lalu bertanyalah ia kepada anaknya itu, “Nak, apa yang kamu lihat?”. “Wortel, telur serta kopi!” jawab si anak. Dengan tersenyum si ayah lalu meminta anaknya itu untuk mencicipi masing-masing benda tersebut. Mula-mula ia meminta anaknya memegang wortel yang telah masak. Wortel itu kini telah menjadi lembut dan lembek. Lalu si anak diminta memecahkan telur yang telah mengeras. Ia pun kemudian diminta mencicipi air rebusan kopi. Setelah melakukan apa yang dikatakan oleh ayahnya tersebut, bertanyalah anaknya itu kepada si ayah, “Apa arti semuanya ini, ayah?”
            Ayahnya lantas menjelaskan perbedaan ketiga benda tersebut dalam bereaksi terhadap situasi yang sama. Baik wortel, telur maupun biji kopi ditempatkan dalam kesulitan yang sama, yakni api yang sangat panas. Namun reaksi ketiganya berbeda satu sama lain. Wortel masuk ke air dengan kondisi keras, namun setelah dipanaskan ia menjadi lembek dan lembut. Sebaliknya telur yang dimasukkan air dalam kondisi mudah pecah, setelah dipanaskan berubah menjadi begitu keras. Lain lagi ceritanya dengan biji kopi. Kondisinya tidak berubah namun hebatnya ia membuat air yang menyelimutinya menjadi hitam dan beraroma kopi.
            “Seperti yang manakah dirimu saat menghadapi kesulitan hidup? Wortel, telur ataukah kopi?” tanya ayahnya sekali lagi dengan wajah tersenyum. Wortel diibaratkan seperti orang yang hatinya keras dan yakin, namun setelah mengalami berbagai kesulitan dan hambatan ia menjadi lembek dan mudah patah. Ia berubah jadi khawatir, takut dan frustasi. Semua itu membuatnya menyerah kepada keadaan. Telur adalah orang yang mulanya kurang berani, khawatir, kurang yakin behkan merasa tidak mampu. Namun kesulitan-kesulitan akhirnya mendidiknya menjadi semakin tegar dan kuat. Ia berubah menjadi percaya diri, lebih optimis dan berani. Sementara itu biji kopi adalah lambang orang yang memiliki kemantapan diri. Dalam situasi sulit dan tertekan ia justru semakin menunjukkan kualitas dirinya. Ia bahkan memberi pengaruh yang besar dan bahkan menentukan kondisi di sekelilingnya.
            Wortel, dalam pembahasan kita tentang kekuatan emosi adalah lambang dari manusia tipe AVOIDER. Mereka memiliki kekuatan emosi yang rendah. Mereka cenderung menghindari, bahkan tidak suka dengan kesulitan. Jika kesulitan datang mereka banyak mengeluh dan berputus asa. Bahkan jauh sebelum kesulitan datang pun mereka sudah merasa cemas dan takut, tapi tidak melakukan apapun. Saat kesulitan menimpa, mereka menjadi beban bagi orang di sekitarnya. Banyak mengeluh, mengomel dan meratapi situasi. Dalam situasi malang, mereka merasa seolah orang paling menderita dan paling celaka di dunia.
            Telur adalah lambang manusia tipe TOUGHER. Mereka adalah manusia yang mulanya biasa-biasa saja, kembek dan banyak diliputi kecemasan. Otot-otot emosi mereka lemah. Namun setelah melalui banyak kesulitan dan tantangan, mereka jadi belajar. Otot-otot emosi mereka pun terbangun. Akhirnya mereka pun bangkit dengan kekuatan emosi yang lebih perkasa dan lebih siap untuk menghadapi kendala dan tantangan selanjutnya.
            Akhirnya, kopi adalah lambang kekuatan manusia tipe INFLUENCER. Mereka adalah manusia berkelas yang justru pada saat-saat sulit menunjukkan kualitasnya. Kesulitan justru semakin memurnikan kualitas diri mereka. Otot-otot emosi mereka telah kuat.  Sehingga pada saat-saat sulit mereka dapat menggunakan otot emosi itu secara mengagumkan dan menginspirasi banyak orang. Winston Churcil dan Jendral Duglas McArthur adalah dua contoh manusia influencer sejati. Mereka adalah penentu keberhasilan sekutu semasa Perang Dunia II. Kekuatan emosi mereka tidak saja menguatkan tetapi bahkan menginspirasi dan menyemangati banyak orang yang telah begitu putus asa dan frustasi dengan situasi perang pada waktu itu.
            Dari kisah tersebut di atas kita belajar dalam menghadapi kesulitan serta tantangan. Setidak-tidaknya jadilah seorang TOUGHER, kalau tidak bisa menjadi seorang INFLUENCER. Bangunlah kekuatan emosi pada saat menghadapi kesulitan, pantang menyerah dan terus melangkah. Niscaya otot-otot emosi kita akan menguat. Setelah masa sulit berlalu kita akan bangkit dengan kekuatan emosi yang lebih perkasa menghadapi kesulitan dan tantangan berikutnya.

Kedua artikel diatas  punya tujuan yang sama yaitu bagaimana kita menghadapi masalah dan tekanan dengan kemampuan dan kekuatan emosi yang ada pada kita hanya beda benda. Setuju? Semoga artikel ini semakin menambah wawasan tentang motivasi,dan repleksi juga relaksasi pada diri kita.


 "Belum Terlambat Mari Kita berusaha menjadi Orang  INFLUENCER minimal TOUGHER  atau bola ping pong .Jika kesulitan datang menghampiri kita ".Niscaya Tuhan akan membimbingnya.GBU




0 komentar: